Sungai di Bawah Laut DUA bulan pertama 2010 dilewati dengan cuaca demikian ekstrem. Belahan Bumi utara menjalani musim dingin terparah sepanjang sejarah modern, sehingga badai salju sampai menutupi seluruh Kepulauan Inggris Raya yang membuatnya nampak sebagai kepulauan putih pucat berdasarkan pantauan satelit Terra milik NASA.
Sungai Bawah Laut Kereta api cepat Eurotunnel yang melayani rute Inggris - Prancis macet saat di dalam terowongan bawah laut Selat Channel, akibat masuknya salju ke dalam mesin, yang membuat 2.000 penumpangnya terperangkap selama 16 jam. Suhu terendah di Jerman mencapai 33 C yang menyebabkan sejumlah kecelakaan lalu lintas, pemadaman listrik, dan hipotermia yang merenggut banyak korban jiwa. Pun demikian di Belgia, Prancis, dan Rusia.
Badai salju juga berkecamuk di China yang merenggut puluhan korban jiwa, selain membekukan laut di Pelabuhan Beijing untuk pertama kalinya sepanjang sejarah China modern.
Di Amerika, badai salju dua kali melumpuhkan pesisir timur Amerika Serikat dan Canada selama paruh pertama Februari 2010 yang membuat aktivitas pendidikan, perkantoran, dan transportasi lumpuh total. Badai salju terakhir pada 7-11 Februari bahkan memecahkan rekor ketebalan salju di berbagai kota besar, seperti Washington DC yang setebal 191 cm (sebelumnya 157 cm), membuat tempat-tempat tersebut menjadi putih dan sepi, sampai memaksa Presiden Barrack Obama menisbatkannya sebagai peristiwa snowmageddon alias petaka salju.
Sebagai konsekuensi dari cuaca ekstrem di belahan Bumi utara, hujan deras mengguyur di daerah lintang rendah seperti Brazil, Bangladesh, Argentina, dan Indonesia. Hujan deras tak henti-hentinya mengakibatkan banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di berbagai lokasi di Indonesia, seperti di Wonosobo, Jakarta, dan yang terakhir di Ciwidey (Bandung), merenggut banyak korban jiwa. Intensitas curah hujan kian dipertinggi oleh aktifnya MJO (Madden Julian Oscillation), siklus cuaca ekstrem yang berosilasi tiap 30-40 hari sekali dan berpotensi menumpahkan hujan deras berhari-hari.
Rangkaian peristiwa itu mengherankan mengingat Indonesia masih mendapat pengaruh El Nino, yang membuat udara lebih kering dibanding normalnya, sehingga intensitas curah hujan menjadi lebih rendah.
Matahari Tenang Cuaca ekstrem pada dua bulan pertama 2010 diyakini merupakan dampak dari tenangnya aktivitas Matahari khususnya selama setahun terakhir. Sepanjang tahun 2009 satelit SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) milik NASA dan ESA mencatat permukaan Matahari bersih (bebas dari bintik Matahari) selama 260 hari atau terbesar sepanjang 100 tahun terakhir kecuali di tahun 1913. Sejak 2004 Matahari sudah mencetak 772 hari tanpa bintik Matahari, sementara rata-rata normalnya seharusnya hanya 485 hari, sehingga berlawanan dengan isu Kiamat 2012, Matahari pada hari-hari mendatang khususnya dalam siklus bintik ke-24 yang telah dimulai sejak Desember 2008 diprediksikan memiliki aktivitas lebih tenang dibandingkan dengan siklus-siklus bintik sebelumnya.
12 March 2010
Snowmageddon, Banjir, dan Matahari Tenang
Related Posts :
Keywords Suggestion for google
0 comments:
Post a Comment